Senin, 02 Januari 2017


Tokoh OPM sadar ditipu Belanda, akhirnya kembali ke Indonesia




Tokoh gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nicolaas Jouwe siap dan mengajak bersama-sama dengan pemerintah dan rakyat Papua untuk meningkatkan pembangunan tanah Papua.

Nicolas Jouwe, lahir di Jayapura pada tanggal 24 November 1923, saya tinggal di Belanda sejak tahun 1961 dan sejak itu, saya terus berjuang untuk perdamaian dan kemakmuran dari Papua. Titik perjuangan saya selama hampir setengah abad adalah untuk membangun kemakmuran sosial Papua seperti sekarang ini, jika kemudian saya berjuang dengan berbeda pendapat dengan Pemerintah Indonesia sekarang saya bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk Papua dan Indonesia.


Apa yang saya ingin adalah bersama-sama dengan Pemerintah Republik Indonesia dan bersama rakyat Papua bekerja untuk meningkatkan pembangunan di berbagai sektor untuk mewujudkan  Papua menuju kemakmuran, Prioritas utama adalah saya kembali dan tinggal di Indonesia untuk membantu Pembangunan di Papua.


Nicolaas Jouwe yang telah menetap lebih dari 40 tahun di Belanda dan kembali ke tanah kelahirannya di Papua.



“Sebelumnya saya tinggal di Belanda selama hampir setengah abad, karena waktu itu saya ada perbedaan pendapat pemerintah Republik Indonesia di Papua. setelah saya mengetahui fakta-fakta yang sebenarnya dan menemukan bukti adanya Konspirasi Internasional di balik gagasan Menginternasionalisasikan Papua sebagai langkah awal menuju Papua Merdeka, lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).”ungkap Nicolaas.


Maka Saya Pribadi menilai bahwa pelarian saya ke Belanda merupakan pilihan yang patut disesali, namun kini, saya menyadari bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI, begitu ungkapan hati Jouwe.


Tokoh inipun menegaskan, ''Saya akan kembali selama-lamanya di Papua. Sekali Indonesia merdeka, tetap merdeka.''



Pria 86 tahun ini mengatakan pertemuan dengan pimpinan dan institusi Indonesia yang dilakukan pada Maret 2009 lalu memberi manfaat yang sangat besar. Nicolaas memaparkan upaya yang dilakukan pemerintah selama belakangan ini bisa mendorong rakyat Papua lebih mandiri.



Nicolaas juga mengemukakan pandangannya saat ini bahwa upaya pemisahan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat bertentangan dengan sejarah.



Dimulai sejak 1928 Pemerintah Belanda telah menyerahkan Papua ke pangkuan Indonesia, New York Agreement Juli 1962 antara Soekarno dan John F Kennedy, pengesahan Perserikatan Bangsa-bangsa tentang hasil Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969 sampai pada Otonomi Khusus 2001.



''Dunia tidak lagi melihat upaya pembebesan sebagai independensi tapi interdependensi,'' kata Franz Albert Joku yang membacakan aspirasi Nicolaas.